Sunday, December 18, 2011

Imam Bukhari ( Rahimahullah )


Tokoh Islam penghimpun dan penyusun hadith itu banyak, dan yang lebih terkenal
di antaranya seperti yang disebut diatas. Adapun urutan pertama yang paling
terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas adalah Amirul-Mu'minin fil-Hadith
(pemimpin orang mukmin dalam hadith), suatu gelar ahli hadith tertinggi. Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah
ibn Bardizbah. Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail, terkenal kemudian sebagai
Imam Bukhari, lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M), cucu seorang
Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah, adalah pemeluk Majusi, agama
kaumnya. Kemudian putranya, al-Mughirah, memeluk Islam di bawah bimbingan al-
Yaman al Ja'fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu Wala dinisbahkan kepadanya.
Kerana itulah ia dikatakan "al-Mughirah al-Jafi."

Mengenai kakeknya, Ibrahim, tidak terdapat data yang menjelaskan. Sedangkan
ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli hadith. Ia belajar hadith dari Hammad ibn
Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipaparkan oleh Ibn Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga putranya, Imam Bukhari, membuat biografinya dalam at-
Tarikh al-Kabir.

Ayah Bukhari disamping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara' (menghindari
yang subhat/meragukan dan haram) dan taqwa. Diceritakan, bahawa ketika
menjelang wafatnya, ia berkata: "Dalam harta yang kumiliki tidak terdapat
sedikitpun wang yang haram maupun yang subhat." Dengan demikian, jelaslah
bahawa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat
beragama dan wara'. Tidak hairan jika ia lahir dan mewarisi sifat-sifat mulia dari
ayahnya itu.

Ia dilahirkan di Bukhara setelah salat Jum'at. Tak lama setelah bayi yang baru lahr
itu membuka matanya, iapun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih
hati. Ibunya yang saleh menagis dan selalu berdo'a ke hadapan Tuhan, memohon
agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu bermimpi
didatangi Nabi Ibrahim yang berkata:

"Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat
melihat kembali, semua itu berkat do'amu yang tiada henti-hentinya."
Ketika ia terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di
waktu dia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh
ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.

Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah nampak semenjak masih kecil. Allah
menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan
yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadith. Ketika berusia 10 tahun, ia
sudah banyak menghafal hadith. Pada usia 16 tahun ia bersama ibu dan abang
sulungnya mengunjungi berbagai kota suci. Kemudian ia banyak menemui para
ulama dan tokoh-tokoh negerinya untuk memperoleh dan belajar hadith, bertukar
pikiran dan berdiskusi dengan mereka. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal kitab
sunan Ibn Mubarak dan Waki, juga mengetahui pendapat-pendapat ahli ra'yi
(penganut faham rasional), dasar-dasar dan mazhabnya.

Rasyid ibn Ismail, abangnya yang tertua menuturkan, pernah Bukhari muda dan
beberpa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak
seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia dicela
membuang waktu dengan percuma kerana tidak mencatat. Bukhari diam tidak
menjawab. Pada suatu hari, kerana merasa kesal terhadap celaan yang terusmenerus
itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka.
Tercenganglah mereka semua kerana Bukhari ternyata hapal di luar kepala 15.000
haddits, lengkap terinci dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Pengembaraannya

Tahun 210 H, Bukhari berangkat menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji,
disertai ibu dan saudaranya, Ahmad. Saudaranya yang lebih tua ini kemudian pulang
kembali ke Bukhara, sedang dia sendiri memilih Mekah sebagai tempat tinggalnya.
Mekah merupakan salah satu pusat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu-waktu ia
pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah ia menulis sebahagian karya-karyanya
dan menyusun dasar-dasar kitab Al-Jami'as-Shahih dan pendahuluannya.


Ia menulis Tarikh Kabir-nya di dekat makam Nabi s.a.w. dan banyak menulis pada
waktu malam hari yang terang bulan. Sementara itu ketiga buku tarikhnya, As-
Sagir, Al-Awsat dan Al-Kabir, muncul dari kemampuannya yang tinggi mengenai
pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan kepandaiannya bemberikan kritik, sehingga
ia pernah berkata bahawa sedikit sekali nama-nama yang disebutkan dalam tarikh
yang tidak ia ketahui kisahnya.

Kemudian ia pun memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Dalam
perjalanannya ke berbagai negeri, hampir semua negeri Islam telah ia kunjungi
sampai ke seluruh Asia Barat. Diceritakan bahawa ia pernah berkata: "Saya telah
mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali, ke basrah empat
kali, menetap di Hijaz (Mekah dan Madinah) selama enam tahun dan tak dapat
dihitung lagi berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui
ulama-ulama ahli hadith."

Pada waktu itu, Baghdad adalah ibu kota negara yang merupakan gudang ilmu dan
ulama. Di negeri itu, ia sering menemui Imam Ahmad bin Hambal dan tidak jarang ia
mengajaknya untuk menetap di negeri tersebut dan mencelanya kerana menetap di
negeri Khurasan.

Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa
menghimpun hadith-hadith dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Di
tengah malam yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis
setiap masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali.
Perbutan ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Ia merawi hadith dari
80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat
menghapal hadith sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.

Kemasyhuran Imam Bukhari

Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bahagian dunia Islam yang jauh, dan
ke mana pun ia pergi selalu di alu-alukan. Masyarakat hairan dan kagum akan
ingatannya yang luar biasa. Pada tahun 250 H. Imam Bukhari mengunjungi
Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para penduduk, juga oleh gurunya,
az-Zihli dan para ulama lainnya.

Imam Muslim bin al-Hajjaj, pengarang kitab as-Shahih Muslim menceritakan: "Ketika
Muhammad bin Ismail datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala
daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang
mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota
sejauh dua atau tiga marhalah (± 100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya
az-Zihli berkata: "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin
Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya. Esok
paginya Muhammad bin Yahya az-Zihli, sebahagian ulama dan penduduk Naisabur
menyongsong kedatangan Imam Bukhari, ia pun lalu memasuki negeri itu dan
menetap di daerah perkampungan orang-orang Bukhara. Selama menetap di negeri
itu, ia mengajarkan hadith secara tetap. Sementara itu, az-zihli pun berpesan
kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya.

Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim yang saleh itu, ikuti dan dengarkan
pengajiannya."


Imam Bukhari Difitnah

Tak lama kemudian terjadi fitnah terhadap Imam bukhari atas perbuatan orangorang
yang iri dengki. Mereka meniupkan tuduhannya kepada Imam Bukhari sebagai
orang yang berpendapat bahawa "Al-Qur'an adalah makhluk." Hal inilah yang
menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, az-Zihli kepadanya, sehingga ia
berkata: "Barang siapa berpendapat lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah makhluk, maka ia
adalah ahli bid’ahh. Ia tidak boleh diajak bicara dan majlisnya tidak boleh di datangi.
Dan barang siapa masih mengunjungi majlisnya, curigailah dia." Setelah adanya
ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.

Pada hakikatnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu.
Diceritakan, seorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: "Bagaimana
pendapat Anda tentang lafaz-lafaz Al-Qur'an, makhluk ataukah bukan?" Bukhari
berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan
sampai tiga kali. Tetapi orang tersebut terus mendesaknya, maka ia menjawab: "Al-
Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah
makhluk dan fitnah merupakan bid’ah." Yang dimaksud dengan perbuatan manusia
adalah bacaan dan ucapan mereka. Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini,
yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat
yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri
adalah buta dan tuli.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahawa Bukhari perbah berkata: "Iman adalah
perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Qur'an adalah
kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW. yang paling utama adalah
Abu Bakar, Umar, Usman kemudian Ali. Dengan berpegang pada keyakinan dan
keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah."
Demikian juga ia pernah berkata: "Barang siapa menuduhku berpendapat bahawa
lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah makhluk, ia adalah pendusta."

Az-Zahli benar-benar telah murka kepadanya, sehingga ia berkata: "Lelaki itu
(Bukhari) tidak boleh tinggal bersamaku di negeri ini." Oleh kerana Imam Bukhari
berpendapat bahawa keluar dari negeri itu lebih baik, demi menjaga dirinya, dengan
hrapan agar fitnah yang menimpanya itu dapat mereda, maka ia pun memutuskan
untuk keluar dari negeri tersebut.

Setelah keluar dari Naisabur, Imam Bukhari pulang ke negerinya sendiri, Bukhara.
Kedatangannya disambut meriah oleh seluruh penduduk. Untuk keperluan itu,
mereka mengadakan upacara besar-besaran, mendirikan kemah-kemah sepanjang
satu farsakh (± 8 km) dari luar kota dan menabur-naburkan uang dirham dan dinar
sebagai manifestasi kegembiraan mereka. Selama beberapa tahun menetap di
negerinya itu, ia mengadakan majlis pengajian dan pengajaran hadith.

Tetapi kemudian badai fitnah datang lagi. Kali ini badai itu datang dari penguasa
Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad az-Zihli, walaupun sebabnya timbul dari sikap
Imam Bukhari yang terlalu memuliakan ilmu yang dimlikinya. Ketika itu, penguasa
Bukhara, mengirimkan utusan kepada Imam Bukhari, supaya ia mengirimkan
kepadanya dua buah karangannya, al-Jami' al-Shahih dan Tarikh. Imam Bukhari
keberatan memenuhi permintaan itu. Ia hanya berpesan kepada utusan itu agar
disampaikan kepada Khalid, bahawa "Aku tidak akan merendahkan ilmu dengan
membawanya ke istana. Jika hal ini tidak berkenan di hati tuan, tuan adalah
penguasa, maka keluarkanlah larangan supaya aku tidak mengadakan majlis pengajian. Dengan begitu, aku mempunyai alas an di sisi Allah kelak pada hari
kiamat, bahawa sebenarnya aku tidak menyembunyikan ilmu." Mendapat jawaban
seperti itu, sang penguasa naik pitam, ia memerintahkan orang-orangnya agar
melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Dengan demikian ia
mempunyai alas an untuk mengusir Imam Bukhari. Tak lama kemudian Imam
Bukhari pun diusir dari negerinya sendiri, Bukhara.

Imam Bukhari, kemudian mendo'akan tidak baik atas Khalid yang telah mengusirnya
secara tidak sah. Belum sebulan berlalu, Ibn Tahir memerintahkan agar Khalid bin
Ahmad dijatuhi hukuman, dipermalukan di depan umum dengan menungang himar
betina. Maka hidup sang penguasa yang dhalim kepada Imam Bukhari itu berakhir
dengan kehinaan dan dipenjara.

Kewafatannya

Imam Bukhari tidak saja mencurahkan seluruh intelegensi dan daya ingatnnya yang
luar biasa itu pada karya tulisnya yang terpenting, Shahih Bukhari, tetapi juga
melaksanakan tugas itu dengan dedikasi dan kesalehan. Ia selalu mandi dan berdo'a
sebelum menulis buku itu. Sebahagian buku tersebut ditulisnya di samping makan
Nabi di Madinah.

Imam Durami, guru Imam Bukhari, mengakui keluasan wawasan hadith muridnya
ini: "Di antara ciptaan Tuhan pada masanya, Imam Bukharilah agaknya yang paling
bijaksana."

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari yang
isinya meminta ia supaya menetap di negeri mereka. Maka kemudian ia pergi untuk
memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah
dsa kecil yang terletak dua farsakh sebelum Samarkand, dan desa itu terdapat
beberapa familinya, ia pun singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi mereka.
Tetapi di desa itu Imam Bukhari jatuh sakit hingga menemui ajalnya.

Ia wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H. (31 Agustus 870 M), dalam usia 62
tahun kurang 13 hari. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahawa jika meninggal
nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai
sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Jenazahnya
dikebumikan lepas dzuhur, hari raya Idul Fitri, sesudah ia melewati perjalanan hidup
panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia. Semoga Allah melimpahkan
rahmat dan ridha-Nya.

Guru-gurunya

Pengembaraannya ke berbagai negeri telah mempertemukan Imam Bukhari dengan
guru-guru yang berbobot dan dapat dipercaya, yang mencapai jumlah sangat
banyak. Diceritakan bahawa dia menyatakan: "Aku menulis hadith yang diterima
dari 1.080 orang guru, yang semuanya adalah ahli hadith dan berpendirian bahawa
iman adalah ucapan dan perbuatan." Di antara guru-guru besar itu adalah Ali ibn al-
Madini, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma'in, Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi, Maki
ibn Ibrahim al-Bakhi, Muhammad ibn Yusuf al-Baykandi dan Ibn Rahawaih. Guru guru yang hadithnya diriwayatkan dalam kitab Shahih-nya sebanyak 289 orang guru.

Keutamaan dan Keistimewaan Imam Bukhari

Kerana kemasyhurannya sebagai seorang alim yang super jenius, sangat banyak
muridnya yang belajar dan mendengar langsung hadithnya dari dia. Tak dapat
dihitung dengan pasti berapa jumlah orang yang meriwayatkan hadith dari Imam
Bukhari, sehingga ada yang berpendapat bahawa kitab Shahih Bukhari didengar
secara langsung dari dia oleh sembilan puluh ribu (90.000) orang (Muqaddimah
Fathul-Bari, jilid 22, hal. 204). Di antara sekian banyak muridnya yang paling
menonjol adalah Muslim bin al-Hajjaj, Tirmidzi, Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibn Abu
Dawud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim bin Ma'qil al-Nasafi, Hammad bin
Syakr al-Nasawi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi. Empat orang yang terakhir
ini merupakan yang paling masyhur sebagai perawi kitab Shahih Bukhari.

Dalam bidang kekuatan hafalan, ketazaman pikiran dan pengetahuan para perawi
hadith, juga dalam bidang ilat-ilat hadith, Imam Bukhari merupakan salah satu
tanda kekuasaan (ayat) dan kebesaran Allah di muka bumi ini. Allah telah
mempercayakan kepada Bukhari dan para pemuka dan penghimpun hadith lainnya,
untuk menghafal dan menjaga sunah-sunah Nabi kita Muhammad SAW.

Diriwayatkan, bahawa Imam Bukhari berkata: "Saya hafal hadith di luar kepala
sebanyak 100.000 buah hadith shahih, dan 200.000 hadith yang tidak shahih."

Mengenai kejeniusan Imam Bukhari dapat dibuktikan pada kisah berikut. Ketika ia
tiba di Baghdad, ahli-ahli hadith di sana berkumpul untuk menguji kemampuan dan
kepintarannya. Mereka mengambil 100 buah hadith, lalu mereka tukar-tukarkan
sanad dan matannya (diputar balikkan), matan hadith ini diberi sanad hadith lain
dan sanad hadith lain dinbuat untuk matan hadith yang lain pula. 10 orang ulama
tampil dan masing-masing mengajukan pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan tentang
hadith yang telah diputarbalikkan tersebut. Orang pertama tampil dengan
mengajukan sepuluh buah hadith kepada Bukhari, dan setiap orang itu selesai
menyebutkan sebuah hadith, Imam Bukhari menjawab dengan tegas: "Saya tidak
tahu hadith yang Anda sebutkan ini." Ia tetap memberikan jawaban serupa sampai
kepada penanya yang ke sepuluh, yang masing-masing mengajukan sepuluh
pertanyaan. Di antara hadirin yang tidak mengerti, memastikan bahawa Imam
Bukhari tidak akan mungkin mampu menjawab dengan benar pertanyaanpertanyaan
itu, sedangkan para ulama berkata satu kepada yang lainnya: "Orang ini
mengetahui apa yang sebenarnya."

Setelah 10 orang semuanya selesai mengajukan semua pertanyaannya yang
jumlahnya 100 pertanyaan tadi, kemudian Imam Bukhari melihat kepada penanya
yang pertama dan berkata: "Hadith pertama yang anda kemukakan isnadnya yang
benar adalah begini; hadith kedua isnadnya yang benar adalah beginii…"

Begitulah Imam Bukhari menjawab semua pertanyaan satu demi satu hingga selesai
menyebutkan sepuluh hadith. Kemudian ia menoleh kepada penanya yang kedua,
sampai menjawab dengan selesai kemudian menoleh kepada penanya yang ketiga
sampai menjawab semua pertanyaan dengan selesai sampai pada penanya yang ke
sepuluh sampai selesai. Imam Bukhari menyebutkan satu persatu hadith-hadith
yang sebenarnya dengan cermat dan tidak ada satupun dan sedikitpun yang salah
dengan jawaban yang urut sesuai dengan sepuluh orang tadi mengeluarkan urutan pertanyaanya. Maka para ulama Baghdad tidak dapat berbuat lain, selain
menyatakan kekagumannya kepada Imam Bukhari akan kekuatan daya hafal dan
kecemerlangan pikirannya, serta mengakuinya sebagai "Imam" dalam bidang hadith.

Sebahagian hadirin memberikan komentar terhadap "uji cuba kemampuan" yang
menegangkan ini, ia berkata: "Yang mengagumkan, bukanlah kerana Bukhari
mampu memberikan jawaban secara benar, tetapi yang benar-benar sangat
mengagumkan ialah kemampuannya dalam menyebutkan semua hadith yang sudah
diputarbalikkan itu secara berurutan persis seperti urutan yang dikemukakan oleh 10
orang penguji, padahal ia hanya mendengar pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu
hanya satu kali."Jadi banyak pemirsa yang hairan dengan kemampuan Imam
Bukhari mengemukakan 100 buah hadith secara berurutan seperti urutannya si
penanya mengeluarkan pertanyaannya padahal beliau hanya mendengarnya satu
kali, ditambah lagi beliau membetulkan rawi-rawi yang telah diputarbalikkan, ini
sungguh luar biasa.

Imam Bukhari pernah berkata: "Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah hadith pun
juga yang diterima dari para sahabat dan tabi'in, melainkan saya mengetahui tarikh
kelahiran sebahagian besar mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Demikian
juga saya tidak meriwayatkan hadith sahabat dan tabi'in, yakni hadith-hadith
mauquf, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Kitabullah dan sunah Rasulullah
SAW."

Dengan kedudukannya dalam ilmu dan kekuatan hafalannya Imam Bukhari
sebagaimana telah disebutkan, wajarlah jika semua guru, kawan dan generasi
sesudahnya memberikan pujian kepadanya. Seorang bertanya kepada Qutaibah bin
Sa'id tentang Imam Bukhari, ketika menyatakan : "Wahai para penenya, saya sudah
banyak mempelajari hadith dan pendapat, juga sudah sering duduk bersama dengan
para ahli fiqh, ahli ibadah dan para ahli zuhud; namun saya belum pernah
menjumpai orang begitu cerdas dan pandai seperti Muhammad bin Isma'il al-
Bukhari."

Imam al-A'immah (pemimpin para imam) Abu Bakar ibn Khuzaimah telah
memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong
langit ini tidak ada orang yang mengetahui hadith, yang melebihi Muhammad bin
Isma'il." Demikian pula semua temannya memberikan pujian. Abu Hatim ar-Razi
berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadith
melebihi Muhammad bin Isma'il; juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota
tersebut menuju Iraq yang melebihi kealimannya."

Al-Hakim menceritakan, dengan sanad lengkap. Bahawa Muslim (pengarang kitab
Shahih), datang kepada Imam Bukhari, lalu mencium antara kedua matanya dan
berkata: "Biarkan saya mencium kaki tuan, wahai maha guru, pemimpin para ahli
hadith dan dokter ahli penyakit (ilat) hadith." Mengenai sanjungan diberikan ulama
generasi sesudahnya, cukup terwakili oleh perkataan al-Hafiz Ibn Hajar yang
menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka
bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan laut
tak bertepi."

Imam Bukhari adalah seorang yang berbadan kurus, berperawakan sedang, tidak
terlalu tinggi juga tidak pendek; kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali makan.
Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan cinta
akhirat. Banyak hartanya yang disedekahkan baik secara sembunyi maupun terang terangan, lebih-lebih untuk kepentingan pendidikan dan para pelajar. Kepada para
pelajar ia memberikan bantuan dana yang cukup besar. Diceritakan ia pernah
berkata: "Setiap bulan, saya berpenghasilan 500 dirham,semuanya dibelanjakan
untuk kepentingan pendidikan. Sebab, apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik
dan lebih kekal."

Imam Bukhari sangat hati-hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari
kebenaran yang hakiki di saat mengkritik para perawi. Terhadap perawi yang sudah
jelas-jelas diketahui kebohongannya, ia cukup berkata: "Perlu dipertimbangkan, para
ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam diri tentangnya." Perkataan yang
tegas tentang para perawi yang tercela ialah: "Hadithnya diingkari."

Meskipun ia sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak
meninggalkan hadith yang diriwayatkan seseorang hanya kerana orang itu
diragukan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahawa ia berkata: "Saya
meninggalkan 10.000 hadith yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu
dipertimbangkan, dan meninggalkan pula jumlah yang sama atau lebih, yang
diriwayatkan perawi yang dalam pandanganku, perlu dipertimbangkan."
Selain dikenal sebagai ahli hadith, Imam Bukhari juga sebenarnya adalah ahli dalam
fiqh. Dalam hal mengeluarkan fatwa, ia telah sampai pada darjat mujtahid mustaqiil
(bebas, tidak terikat pendapatnya pada madzhab-madzhab tertentu) atau dapat
mengeluarkan hukum secara sendirian. Dia mempunyai pendapat-pendapat hukum
yang digalinya sendiri. Pendapat-pendapatnya itu terkadang sejalan dengan
madzhab Abu Hanifah, terkadang sesuai dengan Madzhab Syafi'i dan kadang-kadang
berbeda dengan keduanya. Selain itu pada suatu saat ia memilih madzhab Ibn
Abbas, dan disaat lain memilih madzhab Mujahid dan 'Ata dan sebagainya. Jadi
kesimpulannya adalah Imam Bukhari adalah seorang ahli hadith yang ulung dan ahli
fiqh yg berijtihad sendiri, kendatipun yang lebih menonjol adalah setatusnya sebagai
ahli hadith, bukan sebagai ahli fiqh.

Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang alim, ia juga tidak melupakan kegiatan
lain yang dianggap penting untuk menegakkan Dinul Islam. Imam Bukhari sering
belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan bahawa sepanjang hidupnya, ia
tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul
sebagai pengamalan sunah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum
Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya. Tujuannya
adalah untuk memerangi musuh-musuh Islam dan mempertahankannya dari
kejahatan mereka.

Karya-karya Imam Bukhari

Di antara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :

• Al-Jami' as-Shahih (Shahih Bukhari).
• Al-Adab al-Mufrad.
• At-Tarikh as-Sagir.
• At-Tarikh al-Awsat.
• At-Tarikh al-Kabir.
• At-Tafsir al-Kabir.
• Al-Musnad al-Kabir.
• Kitab al-'Ila

• Raf'ul-Yadain fis-Salah.
• Birril-Walidain.
• Kitab al-Asyribah.
• Al-Qira'ah Khalf al-Imam.
• Kitab ad-Du'afa.
• Asami as-Sahabah.
• Kitab al-Kuna.

Sekilas Tentang Kitab AL-JAMI' AS-SHAHIH (Shahih Bukhari)

Diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolaholah
aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk
menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebahagian ahli ta'bir, ia
menjelaskan bahawa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari
hadith Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' as-Shahih."

Dalam menghimpun hadith-hadith shahih dalam kitabnya, Imam Bukhari
menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan
keshahihan hadith-hadithnya dapat dipertanggungjawabkan. Beliau telah berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta
memperoleh secara pasti keshahihan hadith-hadith yang diriwayatkannya. Beliau
senantiasa membanding-bandingkan hadith-hadith yang diriwayatkan, satu dengan
yang lain, menyaringnya dan memlih has mana yang menurutnya paling shahih.
Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadith-hadith tersebut.
Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al-Jami' ini yang dipilih dari
600.000 hadith selama 16 tahun." Dan beliau juga sangat hati-hati, hal ini dapat
dilihat dari pengakuan salah seorang muridnya bernama al-Firbari menjelaskan
bahawa ia mendengar Muhammad bin Isma'il al-Bukhari berkata: "Aku susun kitab
Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, dan tidaklah aku memasukkan ke dalamnya
sebuah hadith pun, kecuali sesudah aku memohonkan istikharoh kepada Allah
dengan melakukan salat dua rekaat dan sesudah aku meyakini betul bahawa hadith
itu benar-benar shahih."

Maksud pernyataan itu ialah bahawa Imam Bukhari mulai menyusun bab-babnya dan
dasar-dasarnya di Masjidil Haram secara sistematis, kemudian menulis pendahuluan
dan pokok-pokok bahasannya di Rawdah tempat di antara makan Nabi SAW. dan
mimbar. Setelah itu, ia mengumpulkan hadith-hadith dan menempatkannya pada
bab-bab yang sesuai. Pekerjaan ini dilakukan di Mekah, Madinah dengan tekun dan
cermat, menyusunnya selama 16 tahun.

Dengan usaha seperti itu, maka lengkaplah bagi kitab tersebut segala faktor yang
menyebabkannya mencapai kebenaran, yang nilainya tidak terdapat pada kitab lain.
Kerananya tidak menghairankan bila kitab itu mempunyai kedudukan tinggi dalam
hati para ulama. Maka sungguh tepatlah ia mendapat predikat sebagai "Buku Hadith
Nabi yang Paling Shahih."

Diriwayatkan bahawa Imam Bukhari berkata: "Tidaklah ku masukkan ke dalam kitab
Al-Jami' as-Shahih ini kecuali hadith-hadith yang shahih; dan ku tinggalkan banyak
hadith shahih kerana khawatir membosankan." 


Kesimpulan yang diperoleh para ulama, setelah mengadakan penelitian secara
cermat terhadap kitabnya, menyatakan bahawa Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya
selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan yang paling tinggi, dan tidak
turun dari tingkat tersebut kecuali dalam beberapa hadith yang bukan merupakan
materi pokok dari sebuah bab, seperti hadith mutabi dan hadith syahid, dan hadithhadith
yang diriwayatkan dari sahabat dan tabi'in.

Jumlah Hadith Kitab Al-Jami'as-Shahih (Shahih Bukhari)

Al-'Allamah Ibnus-Salah dalam Muqaddimah-nya menyebutkan, bahawa jumlah
hadith Shahih Bukhari sebanyak 7.275 buah hadith, termasuk hadith-hadith yang
disebutnya berulang, atau sebanyak 4.000 hadith tanpa pengulangan. Perhitungan
ini diikuti oleh Al-"Allamah Syaikh Muhyiddin an-Nawawi dalam kitabnya, At-Taqrib.
Selain pendapat tersebut di atas, Ibn Hajar di dalam muqaddimah Fathul-Bari, kitab
syarah Shahih Bukhari, menyebutkan, bahawa semua hadith shahih mawsil yang
termuat dalam Shahih Bukhari tanpa hadith yang disebutnya berulang sebanyak
2.602 buah hadith. Sedangkan matan hadith yang mu'alaq namun marfu', yakni
hadith shahih namun tidak diwasalkan (tidak disebutkan sanadnya secara sambungmenyambung)
pada tempat lain sebanyak 159 hadith. Semua hadith Shahih Bukhari
termasuk hadith yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397 buah. Yang
mu'alaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi' sebanyak 344 buah hadith. Jadi,
berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya
sebanyak 9.082 buah hadith. Jumlah ini diluar haits yang mauquf kepada sahabat
dan (perkataan) yang diriwayatkan dari tabi'in dan ulama-ulama sesudahnya.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yg Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah

1 comments:

varrictahara said...

Harrah's Reno Casino & Hotel - JamBase
Harrah's Reno Casino & Hotel 울산광역 출장안마 - 제주 출장샵 Henderson. Casino. 충청북도 출장샵 Henderson, Nevada. Contact Information. Phone: 영주 출장마사지 (702) 893-7117. Website. 시흥 출장마사지 http://www.harrahsrenocasino.com/. Website.

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons